Senin, 10 April 2023

Download Buku PAI (Pendidikan Agama Islam) kelas XI Kurikulum Merdeka SMA/MA/SMK/MAK (Pdf)

Assalamu'alaikumWr. Wb.

Hallo Sobat, kali ini kami bagikan link download Buku PAI (Pendidikan Agama Islam)  kelas XI Kurikulum Merdeka SMA/MA/SMK/MAK (Pdf).


Silahkan pilih salah satu link dibawah untuk mendownload :




Semoga bermanfaat...
Terimakasih atas kunjungan anda.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Download Buku PAI (Pendidikan Agama Islam) kelas X Kurikulum Merdeka SMA/MA/SMK/MAK (Pdf)

Assalamu'alaikumWr. Wb.

Hallo Sobat, kali ini kami bagikan link download Buku PAI (Pendidikan Agama Islam)  kelas X Kurikulum Merdeka SMA/MA/SMK/MAK (Pdf).








Silahkan pilih salah satu link dibawah untuk mendownload :




Semoga bermanfaat...
Terimakasih atas kunjungan anda.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Senin, 21 Februari 2022

Sifat Rasul-Rasul Kekasih Allah Swt. (Sifat Wajib, Sifat Mustahil, Sifat jaiz) - Materi PAI Kelas XI BAB VII #Bagian2

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sifat Rasul-Rasul Allah Swt.

Rasul sebagai utusan Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz. 

1. Sifat Wajib

Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut :

a. Aṡ-Ṡiddiq 

Aṡ-Ṡiddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya adalah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, berikut ini:

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)

b. Al-Amānah

Al-Amānah, yaitu rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26 106-107 berikut ini:

Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106- 107)

c. At-Tablig

At-Tablig, yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān, Ali pun menegaskan bahwa :

“Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” 

Penjelasan ini terkait dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.

Artinya:“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67)

d. Al-Faṭānah Al-Faṭānah,

yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan alHajār al-Aswād (batu hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw

2. Sifat Mustahil 

Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat wajib, yaitu seperti berikut.

a. Al-Kiẓẓib 

Al-Kiẓẓib, yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong atau dusta. Allah Swt. berfirman :

Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S an-Najm/53: 2-4)

b. Al-Khiānah 

Al-Khiānah, yaitu mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan. Allah Swt. berfirman :

Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām/6: 106)

c. Al-Kiṭmān 

Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia sampaikan kepada umatnya. Allah Swt. berfirman :

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50)

d. Al-Balādah 

Al-Balādah yaitu mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. tidak bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia pandai. Allah Swt berfirman :

Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S alA’rāf/7: 199)


3. Sifat Jāiz

Sifat jāiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.

Di samping rasul memiliki sifat wajib dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz, tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat berbeda. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “...(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al-Mu’minūn/23: 33)

Selain tersebut di atas, rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti berikut. 

  1. Ishmaturrasūl adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun. 
  2. Iltizamurrasūl adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tid


Download Rangkuman Materi PDf di : 

http://tiny.cc/amtouz

Download Pdf Materi Bab VII Full :

http://tiny.cc/mmtouz


Sekian dan Terimakasih

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Minggu, 20 Februari 2022

Menghindari Akhlak Madzmumah dan Membiasakan Akhlak Mahmudah Agar Hidup Lebih Nyaman dan Berkah #BAGIAN2

KISAH PAKU DAN SEBATANG BALOK KAYU 

Alkisah, tersebutlah seorang murid yang memiliki sifat temperamental, mudah marah dan kesulitan mengendalikan dirinya. Dia selalu mengalami kesulitan untuk mengontrol emosinya, bahkan selalu mudah marah dan berkata kasar hanya untuk kesalahan-kesalahan kecil orang lain yang membuatnya tersinggung. Hingga pada suatu hari ia dipanggil oleh gurunya. Sang guru merasa berkewajiban untuk menasehati dan menjadikan murid ini lebih baik akhlaknya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Oleh sang guru, ia diminta untuk menyiapkan sebatang balok kayu, palu dan paku. Dan dengan pendekatan serta sentuhan hati yang tulus, guru itu pun meminta kepadanya, agar setiap kali ia marah, ia harus menancapkan satu buah paku ke balok kayu dengan menggunakan palu yang sudah disiapkan. Berapa kali pun marah, ia harus melakukan hal tersebut dengan paku-paku yang baru. Ia pun menerima nasihat dari gurunya dan bersedia melakukannya.

Keesokan harinya, ia kembali dipanggil oleh sang guru di sekolah, dan ditanya, “dari kemarin sampai pagi ini sudah berapa buah paku yang engkau tancapkan di atas balok kayu itu?” Ia menjawab, “dua puluh, guru” jawabnya sambil menunduk malu. Dalam hati ia menyadari, ternyata hampir setiap satu jam ia marah kepada orang lain. Sang guru pun tidak berkomentar apa-apa, dan memintanya untuk kembali lagi minggu depan serta berpesan untuk terus melanjutkan kegiatan itu. 

Satu minggu berlalu dan saatnya sang guru memanggilnya kembali. Dengan wajah berseri-seri, ia menghadap kepada gurunya dan berkata “terima kasih guru, karena nasihat yang guru berikan, yang tadinya satu hari saya menancapkan 20 buah paku, pelan-pelan mulai berkurang, dan dari kemarin hingga pagi ini saya sama sekali tidak menancapkan paku lagi”. Dan sang guru pun menjawab “bagus sekali nak. Kalau begitu, tugasmu selanjutnya adalah, setiap kali engkau berhasil menahan amarahmu, maka cabutlah satu paku yang engkau tancapkan sebelumnya. Setiap hari seperti itu, nanti engkau boleh kembali lagi setelah engkau berhasil mencabut semua paku di balok kayu itu”. 

Hari demi hari berlalu, berganti minggu dan beberapa bulan kemudian murid itu pun kembali menghadap gurunya dengan wajah yang berseri-seri tetapi penuh dengan rasa penasaran. “Guru, saya telah mencabut semua paku seperti yang guru nasihatkan, setiap kali saya bisa mengendalikan amarah saya, dan saat ini semua paku sudah berhasil saya cabut” lapornya. 

“Luar biasa sekali anakku. Tentu tidak mudah bagimu untuk melakukan apa yang aku sarankan. Dan sekarang, bolehkan aku bertamu ke rumahmu dan melihat paku-paku dan balok kayu itu?” Ia menjawab dengan cukup penasaran “baiklah guru, tapi kalau boleh tahu, untuk apa guru melihat paku-paku dan balok kayu itu?” “Nanti kamu juga akan tahu” jawab sang guru. 

Kemudian guru dan murid itu pun beriringan menuju ke rumah sang murid dan kemudian melihat balok kayu yang sudah bersih dari tancapan paku, tetapi balok kayu itu terlihat buruk karena bekas-bekas lubang paku yang dicabut. Lalu sang guru berkata “anakku, engkau sudah melakukan hal yang luar biasa dengan menahan amarahmu. Tapi engkau juga harus tahu, bahwa ada akibat yang engkau timbulkan dari amarahmu selama ini. Ketika engkau marah dan meluapkan emosimu dengan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain, maka hal itu seperti kiasan paku yang menancap di balok kayu ini. Tidak ada bedanya kemarahan yang disengaja, maupun kemarahan yang spontan, semuanya sama-sama berakibat buruk bagi orang lain” kata sang guru dengan penuh bijaksana.

“Anakku, tidak cukup bagimu hanya menyesali, meminta maaf dan memohon ampunan kepada Allah Swt. atas apa yang pernah engkau perbuat. Permintaan maafmu kepada orang yang pernah engkau sakiti, ibarat engkau mencabut paku-paku itu dari balok kayu. Pakunya bisa dicabut, tetapi bekas lubang pakunya tidak bisa hilang. Demikian juga dengan sakit hati, barangkali orang lain bisa memaakan, tetapi belum tentu ia bisa melupakan apa yang pernah kita lakukan kepadanya. Oleh karena itu, janganlah engkau meremehkan kata-kata buruk, emosi dan kemarahanmu kepada orang lain, karena luka yang disebabkan oleh kata-kata, sama sakitnya dengan luka isik yang kita alami” pungkas sang guru. Murid itu pun menunduk dan menyadari sifat temperamental yang ia miliki selama ini, ternyata berdampak buruk bagi orang lain dan merugikan dirinya sendiri, dan ia pun berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik dengan mengendalikan amarah dan emosinya dalam kehidupan berikutnya. (Dinarasikan kembali dari rumahinspirasi.com)

WAWASAN KEISLAMAN

Setiap manusia terlahir dengan itrah dan sifat masing-masing. Ada yang terlahir dengan sifat yang tenang, santun, mudah beradaptasi dan ramah kepada setiap orang. Ada juga yang memiliki sifat bawaan pemurung, pendiam, mudah marah, mudah tersinggung dan lain sebagainya. Di sekitar kita, orang yang mudah tersinggung dan mudah marah sering disebut dengan temperamental yaitu kondisi di mana amarah seseorang dapat meningkat dengan cepat dan apabila kondisi seperti itu dibiarkan terus-menerus, maka tentu akan berpengaruh terhadap aktivitas dan sosialisasi mereka dengan lingkungan di sekitarnya. Sifat temperamental yang tidak dikendalikan dan tidak diupayakan untuk dirubah ibarat menyimpan bom waktu, karena akan berpotensi untuk mendatangkan masalah dari waktu ke waktu. 

Oleh karena itulah baik dalam Al-Qur`an maupun hadis banyak sekali dalil yang melarang seorang mukmin untuk memiliki sifat pemarah dan temperamental, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, pada kehidupan di dunia hingga kehidupan di akhirat. Sehingga seorang mukmin harus bekerja keras untuk menahan amarahnya agar terhindar dari hal-hal yang merugikan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini:

Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw. “Berilah aku wasiat” Beliau menjawab “Janganlah engkau marah”. Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya (namun) Nabi Saw. (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah” (H.R. Bukhari) 

Sebaliknya seorang mukmin harus mampu menjaga dan mengontrol dirinya. Godaan setan untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, datang silih berganti menguji keimanan dan kemampuan kita untuk mengendalikan diri setiap hari. Apabila kita tidak mampu mengontrol diri, dan mengikuti bisikan dan godaan untuk melakukan hal-hal yang terlarang tersebut, maka tentu saja kita akan terjerumus ke dalamnya, namun apabila kita mampu mengontrol diri dengan baik maka kita akan terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Seorang muslim juga harus memiliki sifat berani membela kebenaran. Berani yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah keberanian yang berlandaskan kepada kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan serta perhitungan semata-mata untuk mengharapkan rida Allah Swt.

A.  Menghindarkan Diri dari Sifat Temperamental (Ghadhab)

1. Deinisi Sifat Temperamental (Ghadhab)

Temperamental atau sifat mudah marah dalam bahasa Arab berasal dari kata ghadhab, dari kata dasar ghadhiba– yaghdhibu–ghadhaban. Menurut istilah, ghadhab berarti sifat seseorang yang mudah marah karena tidak senang dengan perlakuan atau perbuatan orang lain. Sifat amarah, selalu mendorong manusia untuk bertingkah laku buruk. 

Menurut Sayyid Muhammad Nuh dalam kitab ‘Afatun ‘ala at-hariq marah adalah perubahan emosional yang menimbulkan penyerangan dan penyiksaan guna melampiaskan dan mengobati apa yang ada di dalam hati. Sedangkan dalam perspektif ilmu tasawuf, Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa marah adalah tekanan nafsu dari hati yang mengalirkan darah pada bagian wajah yang mengakibatkan kebencian kepada seseorang. 

Lawan kata dari sifat ghadhab adalah rida atau menerima dengan senang hati dan al-hilm atau murah hati, tidak cepat marah. Ghadhab sering dikiaskan seperti nyala api yang terpendam di dalam hati, sehingga orang yang sedang dalam keadaan marah, wajahnya akan memerah seperti api yang menyala.

Sifat ghadhab harus dihindari, karena sifat ghadhab tidak akan pernah menyelesaikan masalah, justru sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Seorang muslim harus senantiasa bersabar dan berusaha menahan amarahnya. Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa orang yang bersabar adalah orang yang sanggup bertahan menghadapi rasa sakit serta sanggup memikul beban atas sesuatu yang tidak disukainya. 

Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang kuat, bukanlah orang yang menang berkelahi, namun orang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika ia sedang marah”. (H.R. Bukhari dan Muslim) 

2. Penyebab Sifat Temperamental (Ghadhab)

Marah (ghadhab) adalah situasi yang normal dan manusiawi karena ia merupakan sifat yang melekat pada tabiat seseorang. Namun seorang mukmin harus berusaha mengendalikan sifat marah tersebut dan berlatih dengan cara menjauhi sebab-sebab yang dapat menimbulkan kemarahan dan jangan mendekati hal-hal yang mengarah pada situasi yang dapat memancingnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dan mengenali hal-hal yang dapat menyebabkan kemarahan. 

Secara umum, penyebab kemarahan terdiri dari dua faktor yaitu: 

a. Faktor Fisik (Jasmaniah)

Kehidupan manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmaniah (isik) dan rohaniah (psikis). Keduanya harus mendapatkan porsi perhatian yang seimbang. Dalam hal yang berkaitan dengan penyebab kemarahan, kondisi isik seseorang secara jasmaniah harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kita mampu mengantisipasi dan mengelolanya sehingga dapat menghindarkan diri dari kemarahan yang sulit untuk kita kendalikan. 

Adapun penyebab kemarahan secara fisik adalah: 

  1. Kelelahan yang berlebihan, Orang yang secara isik terlalu lelah dalam bekerja bisa saja hatinya menjadi sensitif, mudah tersinggung sehingga mudah marah.
  2. Kekurangan zat-zat tertentu dalam tubuh, Kurangnya zat-zat tertentu dalam otak, misalnya kekurangan zat asam maka otot-otot akan menjadi tegang, sistem pencernaan terganggu bahkan terjadi reaksi kimia pada otak sehingga mudah terbawa perasaan dan cepat tersinggung dengan sesuatu yang membuat tidak nyaman.
  3. Reaksi hormon kelamin, Hormon kelamin pun dapat menjadi penyebab seseorang menjadi mudah marah dan sensitif. Misalnya seseorang yang sedang mendekati siklus haidh, kita sering mendengar adanya pre menstrual syndrome yang ditandai dengan munculnya gejala perubahan suasana hati, kelelahan, mudah marah, depresi dan lain sebagainya

b. Faktor Psikis (Rohaniah)

Faktor psikis yang dapat menyebabkan sifat temperamental atau mudah marah sangat erat kaitannya dengan karakter dan kepribadian seseorang. Berikut ini adalah beberapa sebab secara psikis yang dapat memunculkan amarah seseorang yaitu: 

  1. Ujub (Bangga terhadap Diri Sendiri),  Rasa bangga seseorang terhadap diri sendiri baik dalam hal pemikiran, pendapat, status sosial, keturunan, kekayaan merupakan salah satu sebab munculnya kemarahan seseorang apabila tidak dikendalikan dengan nilainilai ajaran agama Islam. Ujub sangat dekat dengan kesombongan. Apabila seseorang yang memiliki sifat ujub tersebut tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain seperti yang ia harapkan, maka sangat berpotensi munculnya sifat amarah yang dapat merugikan. 

  2. Perdebatan atau Perselisihan, Debat adalah adu argumen antara satu pihak dengan pihak lain untuk memutuskan atau mendiskusikan tentang sebuah perbedaan. Akibat buruk yang ditimbulkan dari sebuah perdebatan di kalangan masyarakat sangatlah banyak. Itulah sebabnya Islam melarang terjadinya perdebatan, meskipun yang diperdebatkan adalah sesuatu yang benar karena jika tidak didasari dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang benar, perdebatan tersebut dapat menimbulkan kemarahan dan mendatangkan perselisihan.

    Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini: Dari Abi Umamah, berkata Nabi Muhammad Saw. aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau, dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik. (H.R. Abu Daud) 

  3. Senda Gurau yang Berlebihan, Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai dan mengalami sekumpulan orang yang gemar bercanda, bersenda gurau yang terkadang melampaui batas. Seringkali senda gurau tersebut menggunakan perkataan yang tidak berfaedah dan bisa menyakiti hati orang lain. Khalid bin Shafwan mengatakan bahwa senda gurau yang berlebihan dari seseorang bagaikan menghantam seseorang dengan batu besar, menusuk hidung dengan baubauan yang lebih menyengat dari pada bubuk lada, dan menyiram kepala seseorang dengan sesuatu yang sangat panas melebihi air yang mendidih, lalu setelah itu ia hanya mengatakan, aku hanya bergurau, maka hal tersebut sangat berpotensi mengundang kemarahan orang lain. 

  4. Ucapan yang Keji dan Tidak Sopan, Ucapan yang berupa celaan, hinaan, umpatan atau perkataan yang menyesakkan dada kepada orang lain, adalah salah satu pemicu munculnya kemarahan seseorang. Apabila kita tidak mampu mengendalikan perkataan kita kepada orang lain, maka hal tersebut bisa saja menjadikan orang lain tersinggung, kemudian memicu terjadinya kemarahan dan pertengkaran yang akan merugikan. 

  5. Sikap Permusuhan kepada Orang Lain, Seseorang yang memiliki bibit kebencian dan tidak suka kepada orang lain, cenderung akan memusuhi orang lain dengan segala cara. Ia akan mengolok-olok, mencari-cari kesalahan, mengadu domba, mencaci dan mengejek orang lain dengan berbagai cara. Sehingga apabila orang yang diperlakukan buruk tersebut tidak rida, sangat berpotensi untuk memicu kemarahan dan permusuhan yang tidak kunjung berhenti di antara mereka.
3. Tingkatan Sifat Temperamental (Ghadhab)
Sifat temperamental atau ghadhab dalam pandangan Islam merupakan releksi dari sifat setan yang keji. Ia akan memperdaya manusia melalui kemarahannya. Dalam keadaan marah, seseorang akan sangat mudah melakukan perbuatan-perbuatan keji yang lain karena ketidakmampuan mengendalikan amarahnya. Setiap orang memiliki temperamen yang berbedabeda, sehingga sesunguhnya sifat temperamental merupakan sifat hati yang harus dikelola agar setiap kemarahan tersebut tidak bersifat destruktif atau merusak. 

Berikut ini merupakan tingkatan sifat temperamental (ghadhab) dalam kehidupan yaitu:
  1. Golongan Marah Berlebihan (Ifrath), Yaitu golongan yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan sifat pemarah, lalu bersikap berlebihan sehingga kehilangan kendali terhadap akal sehatnya. Seringkali golongan ini akan berteriak dan membentak dengan suara yang kasar dan adakalanya sampai terjadi pemukulan dan amukan hingga menyebabkan terjadinya pertumpahan darah. 

    Marah yang tidak dapat dikendalikan juga dapat membentuk perasaan dendam, benci dan dengki sehingga mendorong seseorang untuk melakukan pembalasan terhadap orang yang menjadi sumber kemarahannya. Sifat temperamental (ghadhab) yang berlebihan ini terbentuk karena 2 faktor, yaitu: (1) faktor pembawaan; dan (2) faktor kebiasaan.

    Tidak sedikit sifat pemarah tersebut merupakan sifat bawaan sehingga pembawaan, watak dan wajahnya seolah-olah menampakkan ciri khas sebagai seorang pemarah. Namun adakalanya sifat pemarah itu terbentuk dari pembiasaan, pola asuh, lingkungan tempat tinggal sehari-hari, faktor pergaulan dan juga bentukan dari habituasi lingkungan di sekitarnya. Pembawaan dan kebiasaan itulah yang mudah menyulut suasana hati seseorang menjadi lekas panas dan mudah marah, karena sesungguhnya marah adalah salah satu sifat setan, dan setan terbuat dari api sebagaimana

    Sabda Rasulullah Saw. berikut ini:
    Artinya: Dari Nenekku ‘Athiyyah RA, dia memiliki shahabat dan dia berkata bahwa Rasulullah bersabda “Sesungguhnya marah itu datangnya dari setan, dan setan diciptakan dari api dan sesungguhnya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang di antara kamu marah, maka hendaklah dia berwudu” (H.R. Abu Daud)

  2. Golongan yang Tidak Memiliki Sifat Marah (Tafrith), Yaitu golongan yang tidak bisa marah. Merupakan kebalikaan dari golongan ifrath. Golongan ini sama sekali tidak akan menunjukkan sikap marah terhadap apa pun yang terjadi di sekitarnya. Pada golongan orang yang seperti ini, menghadapi urusan agama yang dihina maupun diinjakinjak oleh golongan lain pun, mereka akan bersikap acuh, tidak peduli dan tidak memiliki hasrat untuk melakukan pembelaan terhadap kebenaran. Sedangkan Rasulullah Saw. yang merupakan manusia yang paling tawadlu pun, akan tetap marah dan mempertahankan agamanya serta menentang musuh-musuhnya bila mana diperlukan.

    Golongan seperti ini, apabila terjadi pelanggaran hak terhadap keluarga maupun dirinya, ia akan tetap bersikap melunak, lemah dan tidak berbuat apa-apa, sehingga jelaslah bahwa orang yang memiliki sikap tafrith termasuk golongan yang tercela dalam pandangan agama.

  3. Golongan yang Mampu Berlaku Adil dan Proporsional (I’tidal), Yaitu golongan moderat yang berada di antara ifrath dan tafrith. Mereka tidak akan kehilangan sifat pemarah sama sekali tetapi akan marah hanya pada saat-saat tertentu dengan kemarahan yang proporsional. Sifat marah yang proporsional adalah marah yang timbul karena sesuatu melanggar larangan Allah Swt. dan dalam rangka membela agama Islam dan umatnya.
4. Cara Menghindari Sifat Temperamental (Ghadhab)
Tidak selamanya marah merupakan sesuatu yang buruk, sebagaimana disebutkan sebelumnya, namun secara umum dapat dikatakan bahwa marah adalah sesuatu yang negatif. Oleh karena itu sifat marah yang cenderung destruktif atau merusak harus dikendalikan dan dihilangkan dengan melakukan cara-

cara yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. sebagai berikut:
a. Membaca ta’awudz
Hal ini dilakukan karena ajaran agama menyebutkan bahwa marah adalah hasutan dan perangai setan, sehingga agar tidak berkelanjutan, dianjurkan kepada seseorang yang sudah dihinggapi perasaan marah, untuk segera membaca ta’awudz

b. Merubah Posisi 
Jika seseorang mendapatkan kemarahannya pada saat ia sedang berdiri, hendaklah bersegera untuk duduk. Apabila kemarahan tersebut tidak juga mereda, maka hendaklah segera berbaring. Hal ini karena, orang yang sedang marah cenderung ingin lebih tinggi dari orang lain. Apabila posisinya lebih tinggi daripada sumber kemarahannya, maka ia bisa meluapkan dan melampiaskan kemarahan itu. Dan hal tersebut tentu saja sangat berbahaya. Oleh karena itulah Rasulullah Saw. mengajarkan, agar orang yang sedang marah mengambil posisi yang lebih rendah untuk meredam kemarahannya.

c. Diam atau tidak berbicara
Pada saat seseorang sedang marah, maka emosi yang ada dalam dirinya akan meningkat, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang berbahaya dan lepas kendali. Untuk itu, sebaiknya seseorang yang sedang marah sedapat mungkin berusaha untuk diam, tenang, rileks agar bisa meredakan emosinya.

b. Berwudu 
Air wudu dapat memberikan efek tenang bagi orang yang sedang marah serta meredakan api kemarahan di dalam hati agar tidak meledak dan menyakiti orang lain. 

e. Mengingat wasiat Rasul dan janji Allah Swt. 
Rasulullah Saw. pernah berulang kali memberikan nasihat ketika seseorang memintanya yaitu “janganlah engkau marah”. Rasul juga menyebut balasan yang luar bisa apabila seseorang mampu menahan amarahnya, 
Sebagaimana sabdanya
“Barang siapa yang mampu menahan amarahnya, sedangkan bisa saja ia meluapkannya, Allah Swt. akan memanggilnya di hadapan para makhluk (yang lain) pada hari Kiamat untuk memberikan pilihan baginya bidadari yang ia inginkan (H.R. Abu Daud).

5. Manfaat Menghindari Sifat Temperamental (Ghadhab)
Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu pada saat sedang dikuasai amarah, dan orang yang paling santun adalah orang yang mampu memaakan manakala ia mampu untuk melakukan pembalasan. Untuk itulah pentingnya berlatih mengendalikan amarah, terutama bagi para pemuda dan remaja, yang dalam pergaulan sehari-hari dan dalam rangka bersosialisasi tidak menutup kemungkinan, akan terjadi gesekan maupun kesalahpahaman baik yang disengaja maupun tidak, sehingga tetap tercipta kedamaian dan kerukunan, karena bisa terhindar dari perselisihan. 

Adapun manfaat yang kita peroleh jika mampu menghindari sifat temperamental (ghadhab) adalah: 
  1. Menghindari kebencian dan permusuhan,
    Ketika hati seseorang sedang dikuasai perasaan emosi dan marah dan tidak ada upaya upaya untuk mengendalikan, maka akan sangat berpotensi menimbulkan tindakan dan agresi yang bersifat destruktif sehingga mendatangkan kebencian dan permusuhan. Oleh karena itu, seseorang yang mampu mengendalikan sifat temperamental, maka sesungguhnya ia telah menghindarkan diri dari potensi permusuhan dan saling membenci dengan orang lain. 

  2. Membawa kebahagiaan,
    Kemampuan untuk menahan amarah memiliki keuntungan tersendiri bagi seorang mukmin. Manakala seseorang mampu menahan amarahnya, maka ia akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan serta terhindar dari kerugian. Akhlak seorang muslim salah satunya dapat dilihat dari bagaimana caranya mengendalikan amarah. c) Mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt.

    Allah Swt. menjanjikan pahala yang besar yaitu surga yang luas bagi seseorang yang mampu mengendalikan amarah sebagaimana yang tersebut dalam Q.S. Ali Imran/3: 133-134 berikut ini:

    Artinya: 133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. 134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaakan (kesalahan) orang lain. Dan Allah Swt. mencintai orang yang berbuat kebaikan.
DOWNLOAD BUKU PAI KELAS X (SEKOLAH PENGGERAK) DI :
http://tiny.cc/pfsouz

Dipertemuan berikutnya kita akan membahas tema "PERILAKU KONTROL DIRI"

Semoga Bermanfaat, 
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jumat, 01 Oktober 2021

Download Kitab Al Adzkar Min Kalami Sayyidil Abror (Pdf) al Imam al 'allamah al Mujtahid Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaror an Nawawi

Kitab Al Adzkar Min Kalami Sayyidil Abror, adalah karangan Imam Nawawi yang berisi kumpulan doa dan dzikir penting bagi setiap umat Islam. Kitab ini dijadikan standar oleh para kiai dan santri di pesantren salaf maupun modern.

Judul Kitab

:

Al Adzkar Min Kalami Sayyidil Abror

Penulis

:

al Imam al 'allamah al Mujtahid Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaror an Nawawi

Besar File

:

13 Mb

Download

:

Link 1, Link 2, Link 3


Sekian dan terimakasih, semoga bermanfaat....

Jumat, 24 September 2021

Materi PAI Kela XII Bab III - Menghidupkan Nurani Dengan Berfikir Kritis


Membuka Relung Hati, Tidak ada satu makhluk Allah Swt. yang tidak  berguna, itu pasti. Persoalannya hanyalah pada keterbatasan kemampuan manusia dalam mengungkap manfaat dan misterinya. Salah satunya dan yang secara tegas menantang manusia adalah fakta tentang unta. Salah satu fakta tentang unta yang masih menjadi misteri adalah kemampuannya bertahan hidup di padang pasir yang panas tanpa air dalam waktu lama, hingga sekitar satu setengah bulan. 

“Apakah mereka tidak memperhatikan, bagaimana unta diciptakan?” (Q.S. al-Ghasyiyah /88:17)

Silahkan Download Buku PAI kelas XII di Link 1, atau Link 2

Cukup lama fakta ini menjadi misteri yang membingungkan para ilmuwan. Pada akhirnya, para pakar fisiologi dan biologi telah menemukan jawaban dari misteri tersebut, jawabannya bahwa unta ternyata memiliki kemampuan untuk memproduksi air dari lemak yang terdapat dalam punuknya melalui proses kimiawi. Hal ini tidak dapat ditandingi oleh industri yang ada di dunia. Unta menyimpan cadangan air di punuknya. Jika unta menyimpannya di bawah kulit seperti manusia, maka suhu tubuh akan meningkat drastis dan berakibat fatal. 

Unta mampu menyimpan lemak di punuknya sekitar 120 kg. Adanya jumlah cadangan lemak sebanyak ini, unta mampu bertahan hidup tanpa air selama satu setengah bulan. Subhanallah…!  Masih banyak misteri lain tentang unta, baik yang sudah terungkap maupun yang  belum. Ayo terus belajar tentang unta!

Aktivitas Siswa

  • Untuk melihat lebih banyak tentang misteri dan kedahsyatan ciptaan Allah Swt., carilah hasil-hasil penelitian ilmiah terkait dengan unta atau binatang lainnya! 
  • Setelah diunduh dan diedit, presentasikan di depan kelas untuk men-dapatkan tanggapan dari kelompok lain ! 
Mengkritisi Sekitar Kita

Perhatikan realitas kehidupan dan fenomena alam berikut !
  • Nyamuk yang diciptakan dengan sayap dan bisa terbang ternyata justru menjadi makanan cicak dan katak yang tidak dapat terbang.  Apa makna dari penciptaan tersebut menurut pendapatmu?  
  • Di samping makhluk-makhluk berbadan besar seperti gajah dan semisalnya, Allah Swt. juga menciptakan makhluk yang super kecil, bahkan yang tidak terlihat mata. Berangkat dari keyakinan bahwa semua makhluk yang diciptakan Allah Swt. pasti ada manfaatnya, telusuri di berbagai sumber untuk menemukan manfaat makhluk-makhluk mikro tersebut bagi kehidupan manusia!
  • Petir ada yang berpendapat sebagai alat untuk melempar setan, sedangkan dalam pandangan ilmu pengetahuan, hal itu terjadi karena adanya gesekan arus listrik. Dengan keyakinan bahwa kebenaran ilmiah akan selalu sejalan dengan kebenaran al-Qur'an. Bagaimana memadukan kedua konsep tersebut? 
Coba kalian diskusikan dengan kelompokmu atau teman-temanmu untuk mencari
jawaban ilmiahnya!

Memperkaya Khazanah

A. Tadarus al-Qurān 5-10 Menit sesuai Tema
Kewajiban untuk tadarus al-Quran dengan sebenar-benarnya (Q.S.alBaqarah/2:121) bertujuan menumbuhkan keinginan peserta didik untuk mentadabburi dan mengetahui manfaatnya. Seperti paham makna al-Qurān dan mengetahui rahasia keagungan-Nya. Dengan mengetahui manfaatnya, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan dan mengikutinya karena al-Qurān sudah  membekas dalam jiwa (Q.S. Tahā/20:112-113,Q.S. al-Baqarah/2:38), sehingga  peserta didik akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan (Q.S.Tahā/20:2-3).

Oleh karena itu, sebelum kalian memulai pembelajaran, lakukan tadarus al-Quran secara tartil selama 5-10 menit dengan kelompok kalian masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok. Ayat-ayat yang dibaca akan ditentukan oleh Bapak/Ibu guru kalian.

B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-Imran/3:190-191 serta  Hadis tentang Berfikir Kritis

Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.  

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt. (informasi Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya. Kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.

Baca dengan Tartil Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang Mengandung Perintah Berpikir Kritis.

Salah satu mukjizat al-Quran adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut. Di antara ayat  yang dimaksud adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali -Imron/3:190-191 berikut ini :

(190)إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ  وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orangorang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit  dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.

Penerapan Tajwid
Pelajari hukum tajwid pada tabel berikut !

Aktivitas Siswa : Hukum tajwid yang diungkap dalam Tabel 3.1 di atas hanya sebagian. Temukan lebih banyak lagi lafal-lafal yang mengandung hukum tajwid pada kedua ayat di atas!

Kosa Kata Baru

Aktivitas Siswa : Hafalkan Q.S. Ãli ‘Imrān /3:190-191 beserta artinya dan perbendaharaan kosa-kata baru, setelah hafal demontrasikan pada kelompokmu untuk dikoreksi kesalahan bacaan dan hafalannya! 

Asbabun Nuzul
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orangorang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.
Kemudian, mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya, mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali Imron/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari serta peredarannya, laut, gununggunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya. Aktivitas Siswa 
(Sumber: Kementerian Agama (2012), Al-Qur'±n dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jilid 2, Jakarta, hal. 96-97)


Aktivitas Siswa
Carilah riwayat lain di berbagai sumber, yang menjadi asbabun nuzul ayat di atas lalu, presentasikan di depan kelas!

Tafsir Penjelasan Ayat

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu salat. Saat salat, beliau menangis karena merenungkan ayat  yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah Swt. dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah.  

Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw. menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah saw., mengapa Anda menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang  akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang  bersyukur kepada Allah Swt.?” dan bagaimana aku tidak menangis, pada malam ini Allah Swt. telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian, beliau berkata, “alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak merenungi kandungannya.” 

Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya, mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang yang berakal.

Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya. Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan kompleks, yang terus-menerus menjadi lahan penelitian manusia, sejak awal lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menginspirasi dan memotivasi manusia untuk meneliti alam raya ini, di antaranya adalah Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu   (dalam enam masa).

Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qurān dan Sains Modern (tahun 2003), sebagai berikut: kata ayyam adalah bentuk jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”.  “Ayyam” dapat diartikan “beberapa hari”, bahkan dapat berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an, Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” (Inggris). Sementara Abu Suud menafsirkan kata ayyam dengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau periode atau masa. Dengan demikian, kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa”.

Secara ringkas, penjelasan “enam masa” dari  Dr. Marconi adalah sebagai berikut : 
  • Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar  (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). 
  • Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). 
  • Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. 
  • Masa Keempat, elektron-elektron  mulai terbentuk. 
  • Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. SubhanAllahh.  

Semua saling  terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas.

Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. Dengan demikian, kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang  Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.

C. Menyajikan Keterkaitan antara Berpikir Kritis dengan Ciri Orang Berakal (Ulil Albab) sesuai Pesan Q.S. Ali-Imran/3: 190-191
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa  berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Contohnya adalah kemampuan  berpikir kritis merupakan kemampuan “membuat ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah. Seperti memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada pada hari ini. 

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang  cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat.  Maksudnya, jika kita sudah mengetahui bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”. 

Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut ini.

Artinya :  Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang  cerdas ialah orang  yang  mampu  mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya  setelah mati. Sedangkan  orang  yang  lemah ialah orang yang  selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah Swt. dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata : Hadis Hasan).

Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah saw. adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya  terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan=jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan karena tidak dapat baca tulis, tetapi  karena kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh” tidak pernah takut melakukan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum di pengadilan dunia. 

Jadi, kemaksiatan adalah tindakan “bodoh” karena hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang mudah direkayasa, sedangkan pengadilan Allah Swt. di akhirat yang tidak ada tawar-menawar malah ”diabaikan”. Orang-orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, karena tidak mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh  adalah orang-orang  lemah.

Orang yang cerdas juga mengetahui bahwa kematian dapat datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda.

Rasulullah saw. bersabda :

Artinya: Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara   yaitu : Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” 
(HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan).
Sumber: Hadits 9 Imam, Sunan At-Tirmidzi,  No. Hadist: 2228, Kitab: Zuhud, Bab: Segera beramal shalih

Dalam hadis di atas, Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk beramal salih. Rasulullah saw. menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan kita semua. 
  • Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah Swt.  karena sibuk mencari penghidupan (harta). 
  • Kedua,  kekayaan yang membuat kita menjadi  sombong karena menganggap semua kekayaan itu karena kehebatan kita.  
  • Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat. 
  • Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya. 
  • Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat. 
  • Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah bagi manusia. Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah saw. dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena “dunia tempat menanam dan akhirat memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih. 

Dengan amal salih insya Allah kita akan memperoleh hidup yang baik di dunia dan memperoleh sukses di akhirat. Gambaran sukses di akhirat adalah; Pertemuan dengan Rabbul ‘Izzati, mendapatkan ampunan akan kesalahan, terbebas dari api neraka, dan tinggal di surga dengan segala keindahannya. Tentunya ini semua akan diperoleh dengan keridhaan Allah Swt. dan kebiasaan efektif serta berpikir strategis dari tujuan akhir yang kita inginkan. Orang menyebut dengan istilah berpikir besar, mulai dari yang kecil dan aksi sekarang juga, dan ini semua hanya dimiliki oleh orang-orang yang berakal (ulil albab).

Aktivitas Siswa
  • Cari ayat-ayat al-Qur±n yang memotivasi/menginspirasi manusia untuk merenung dan meneliti dengan ciri-ciri di antaranya menggunakan kata (yang artinya) “ BERPIKIR, BERAKAL, BERTADABBUR, MELIHAT, dan sejenisnya !
  • Cari asbabun nuzul dan tafsir ayat-ayat tersebut dalam kitab tafsir modern baik langsung maupun melalui internet !
  • Amati Gambar 3.9 di halaman 54 dan berikan tanggapan terhadap fakta temuan tentang laut dua warna! Diskusikan dan buat laporan hasil kegiatan bersama dengan teman sekelompokmu !
  • Temukan keajaiban lain dalam dunia laut dan diskusikan dengan teman sekelompokmu! Buat laporan hasil kegiatan dan presentasikan di depan kelas !
Laut Dua Warna

Allah Swt. berfirman: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Allah Swt. manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” 
(Q.S ar-Rahman/55:19-22).


“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S al-Furqon/25:53)

Sejumlah ahli menemukan laut dua warna yang tak pernah bercampur yang terletak di selat Gibraltar. Inilah yang menghubungkan lautan Mediterania dan samudera Atlantik. Hebatnya lagi, kedua laut itu dibatasi oleh dinding pemisah. Bukan dalam bentuk dinding tebal, pembatasnya adalah air laut itu sendiri. Dengan adanya pemisah ini, setiap lautan memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan makhluk hidup (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu. Namun mereka masih mempertanyakan, mengapa tidak dapat bercampur? 

Pertanyaan itu baru terjawab pada tahun 1942M/1361H. Hal ini terjawab melalui studi yang mendalam menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan antara lautan-lautan yang berbeda-beda. Selain itu, juga berfungsi memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen. 

Kemudian, semakin banyak fakta-fakta yang menakjubkan terungkap, sehingga Professor Shroeder, ahli kelautan dari Jerman mengungkapkan kekagumannya akan kebenaran al-Quran. Dimana al-Quran  yang diturunkan 14 abad yang lalu telah berbicara mengenai hal tersebut. Subhanallah.

D.  Manfaat Berpikir Kritis
Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah sebagai berikut.
  • Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
  • Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
  • Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEK.
  • Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
  • Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
  • Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
  • Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
  • Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
  • Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat dengan meningkatkan amal saleh dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.
Menerapkan Perilaku Mulia
Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji  yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas yaitu sebagai berikut.
  • Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat.
  • Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
  • Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an secara lebih mendalam  bersama para pakar di bidang masing-masing.
  • Menjadikan ayat-ayat al-Qur'an sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian-penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
  • Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam  mengembangkan IPTEK.
  • Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan  umat manusia.
  • Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
  • Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi  orang yang visioner.
  • Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya.
  • Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua gejala dan fenomena alam yang terjadi.
Rangkuman
  • Q.S. Ali Imron /3:190  menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
  • Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam segala keadaan.
  • Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna, manfaat, dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkan nya.
  • Orang yang cerdas menurut Rasulullah saw. adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai pada kehidupan di akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu.
  • Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat Allah Swt. dalam alQuran untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan menemukan makna yang tersembunyi.
  • Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat kauniyah (alam semesta) untuk mendapat inspirasi dalam mengembangkan IPTEK.
  • Pentingnya mengadakan penelitian terhadap fenomena alam semesta untuk mengungkap misteri-misteri yang terdapat pada aneka ragam makhluk ciptaan Allah Swt.